Rashomon (1950)


Rate: 9/10
Genre: Drama, Crime, Mystery
Arahan: Akira Kurosawa
Sambil Makan: Lulus


Sinopsis:

Tiga orang yang terjebak dalam hujan saling bercerita soal kejadian pembunuhan yang sangat aneh, sungguh aneh...

Review:
Review Kecil


Sembari ghibah, neduh dulu



Hujan besar turun dengan sangat deras. Seseorang berlari menuju reruntuhan bangunan untuk berteduh dan menemukan ada dua orang lain di sana. Wajah mereka kelihatan sangat bingung dan merana. Salah satu pria itu terus-terusan berkata kalau dia tidak mengerti. Orang yang baru datang pun bertanya ada apa dan ia menceritakan satu kisah.

Beberapa hari yang lalu, terjadi pembunuhan satu orang pria yang diduga adalah samurai. Tidak ada yang aneh soal itu. Seseorang atau beberapa orang ditemukan mati tidaklah aneh di zaman itu.  Yang aneh adalah, pelaku terlibat dalam kasus itu saling mengaku kalau kejahatan itu perbuatan mereka!

Ada apa ini? Mana ada orang yang malah mengaku membunuh orang? Cerita siapa yang benar dan yang salah?


film ini... saya gak bohong, adalah sebuah masterpiece. Saya baru nonton beberapa detik, baru sampai rintik hujan dan langsung merasa "INI NIH! INI!". Dan benar saja, sampai akhir saya tidak kecewa. Bahwa menurut saya film-film zaman sekarang yang bagus sekalipun belum tentu bisa mengalahkan penceritaan dan sinematografi yang seperti ini ((dinilai dari tahun tayang)). Ada dua hal yang saya percayai bagaimana seseorang meraih sukses; bakat atau kerja keras. Dan dalam hal ini untuk almarhum Akira Kurosawa tentu saja adalah bakat.

Film ini bergaya seperti teaterikal. Hanya saja tidak di dalam ruang, tapi di luar ruang. Akting aktor dan aktrisnya subhanallah sekali, apalagi akting Tashiro Mifune, nakalnya pas banget. Ekspresi mereka, dialog, dan bagaimana tubuh mereka menghidupkan emosi di wajah mereka. Wow.
The way this smile explain 'crazy'...



Review Besar (Contain spoiler):




Kecantikan, ketamakan, hawa nafsu, harga diri dan kebohongan.

Akira Kurosawa adalah seorang sutradara yang tidak akan pernah ada lagi di dunia perfilm-an. Jenis sutradara yang hanya sekali saja muncul di dunia ini. Gaya dan sentuhannya dalam membuat Rashomon sungguh sesuatu sekali. Meskipun di tahun 1950 ((delapan tahun sebelum Vertigo-nya mas Alfred) dan mungkin, dengan peralatan terbatas, bapak ini membuat film yang sebagus ini. Bagian yang bikin saya terkesan adalah waktu adegan lari di dalam hutan, Gila ya, pinter banget ngakalinnya biar penonton gak pusing.

Dan bagaimana dengan pesan moralnya? ugh, dalem sekali bos, kayak Palung Mariana. Setiap kebohongan yang dibuat di setiap pencerita untuk melindungi harga diri mereka sungguh manusiawi sekali, sampai-sampai saya bertanya pada diri sendiri. Apa nanti saya akan seperti itu jika ada di posisi salah satu dari mereka? apa saya akan jadi se-'manusiawi' itu?. Rasanya lebih baik jadi jahat sekalian daripada menjijikkan, hina dan korengan. Film ini mengisahkan sifat natural manusia di setiap momen terdesaknya. Menceritakan pembunuhan dari sisi yang semau si pelaku terlibat. Bahkan sudah mati pun, sang suami masih berbohong. Apa sebegitu tidak tertolongnya manusia bahkan sampai akhir hayat mereka?

Preach *claps emoticon*


Saya juga suka bagian akhir filmnya, di mana kita gak tahu siapa yang benar atau salah karena memang pada dasarnya manusia itu selalu menyembunyikan kenyataan. Open ending. Entah siapa yang benar, tapi semua cerita memang punya sisi lemahnya. Dan yah, walaupun manusia memang suka berbohong, tapi selalu ada kebaikan walau hanya sedikit dalam diri mereka. Even how dirty human are, don't lose our faith in us. Begitu yang dibisikkan di scene terakhir film.

Kayaknya asik kali ya diskusiin film ini? hahahaha.

"harapan"


Komentar

Postingan Populer