Shutter Island (2010)


Rate: 9/10
Genre: Mystery, Fantasy, Drama
Arahan: Martin Scorsese
Tonton sambil makan: Lulus


Sinopsis:

Maksud hati ke RSJ untuk menyelidiki kasus, tapi penyelidikannya malah membawa Teddy pada hal lain.

Review:

Review Kecil





Pulau Shutter adalah pulau khusus untuk menangani pasien sakit jiwa demgan catatan kriminal. Tujuan Teddy bukan hanya menangani kasus pasien kriminal keji yang kabur, tapi juga menemukan pelaku pembakaran yang membunuh istrinya sekaligus ingin mengungkapkan aib RSJ yang suka ia dengar melakukan eksperimen ilegal pada pasiennya.

Cerita pun terus berjalan.. Teddy mencari petunjuk bersama Chuck, rekannya. Setiap malam ia selalu bermimpi sosok istrinya dan kepalanya terus-menerus migrain. Dan di penghujung, sebuah plot twist muncul.


Sinematografi indah, mulussss nan cantik memanjakan mata saya sedari awal. Pergerakan kamera yang tidak bikin pusing dan penuh perhitungan seolah-olah saya sedang menonton film Wes Anderson yang khasnya nengah mulu. Tone warna dark yang jelas alias seperti foto HDR ((maaf saya gak tau istilahnya)) sungguh indah. Dan bumbu horror gorenya juga sangat aestetik, bikin saya bisa terus nonton sambil makan.

Film ini membuat saya membawa skincare rutin ke depan layar untuk terus menonton. Akting yang mantap betul, plot yang bisa menaikkan sedikit demi sedikit ketegangan penonton juga pukulan plot twist di akhir dan di paling akhir membuat film ini wajib wajib wajib ditonton.

Dengan cast Leonardo dan Mark Ruffalo? ayolah.

Review Besar (Contain Spoiler)




Duar bebek, adalah ketika kepala RSJ ternyata sudah menduga kedatangannya ke mercusuar, Teddy Daniels bingung bukan kepalang. Gua bawa senapan dan lu sama sekali gak kaget? atau angkat tangan gitu? begitulah mungkin yang tergambarkan di muka Teddy.

Dari awal sudah diberitahu oleh Martin clue awal terkait Teddy yang takut dengan air banyak. Dan di akhir saat Kepala RSJ memberitahu kalau Teddy adalah pasien juga, saya tidak kaget. Mungkin pengaruh sering menonton film plot twist jadi ya dari pertengahan film saya sudah nebak-nebak.

Mulai sadar, kenapa kepala Teddy diperban, atau mukanya yang selalu pucat dan selalu memimpikan anak orang. Setelah menonton banyak film Leonardo, saya semakin menyadari kalau akting doi itu bagus banget ya. Selalu bersinar dengan semua peran yang dia mainkan. Di film ini, pesakitannya tuh dapet banget, gak ngerti lagi. Dan Martin Scorsese, gila deh keren. Kayaknya ini film yang dari segi semua muanya saya suka, yang film Martin yang paling saya suka sejauh ini. Saya pernah nonton Hugo (2011) dan gak membuat saya terkesan. 

Tapi yang ini? mantul pisan!


Komentar

Postingan Populer