Serbuan Maut 2: Berandal (2014)


Kucingpulas: 9.5/10
Genre: Aksi, Thriller, Crime
Arahan: Gareth Evans
Catatan: Ada gorenya


Sinopsis:

Kisah Rama berlanjut, ia kini ditugaskan untuk menjadi mata-mata di kelompok mafia untuk membalaskan dendam kakaknya.

Review:
Review Sekilas






The Raid kedua muncul dengan plot dan kualitas yang lebih baik dari yang pertama, tentu saja. Saya baca-baca ternyata Gareth memang ingin membuat film ini dulu dengan judul Berandal dan The Raid pertama sebagai prekuelnya.Tetapi karena terhalang oleh biaya, maka digantikan jadi The Raid pertama itu dengan modal seadanya (not that I mind).

Masih soal Rama, tapi tidak sepenuhnya soal Rama. Di sini, cerita lebih berfokus pada konflik keluarga mafia keluarga Bangun. Tapi jangan kecewa, karena ceritanya masih seru dan adegan pertarungannya masih sengit. Sepertinya Gareth memuaskan keinginannya melanjutkan naskah Berandal yang hampir gagal (Tapi tidak jadi karena The Raid pertama sukses berat), kamu bisa merasakan keseriusan yang amat sangat di film ini. Rama yang berhasil kabur dengan bantuan kakaknya dari apartement maut itu, pergi pada seseorang bernama Bunawar yang disebut kakaknya dapat dipercaya. Bunawar ingin melenyapkan pejabat-pejabat yang korup dan ingin melatih Rama menjadi mata-mata pribadinya. Tapi prinsip mereka berbeda dan Rama menolak, tapi berubah setelah kakaknya dibunuh oleh salah satu mafia. Balas dendam membuat Rama datang lagi pada Bunawar dan tada, terciptalah The Raid kedua ini hahahaha.



Saya sangat menikmati tiap detik di film ini. Pertama kali saya tonton, saya kurang ngeh karena nonton di sela-sela guru mengajar (lol), lalu setelah karantina covid19 ini, saya jadi punya waktu (keinginan) untuk menonton ulang dan ternyata film ini lebih lebih dari ekspetasi saya. Apa yang akan kamu ekspetasikan setelah melihat The Raid pertama? Maksud saya adalah, dari kualitas kamera, audio dan plot? Adegan kelahinya memang sangat mantap, tapi kamu pasti setuju kan betapa plotnya sangat kurang? Lalu DUAR, Gareth datang dengan The Raid kedua mempersembahkan sekuel dengan plot padat, konflik antar mafia sampai kebut-kebutan, tabrak-tabrakan dengan mobil. Jelas saya kaget.

Ditambah dialog-dialognya lebih mengalir, natural dan tidak canggung. Lebih bermasyarakat lah intinya. Dan audionya juga, saya (hampir) tidak perlu mekaia subtitle. Lalu bagaimana dengan adegan kekerasannya? Tentu masih tetap intens, meskipun kelahinya tidak sepadat yang pertama dan ada beberapa adegan gore yang agak aneh dan janggal, tapi gak terlalu aneh kok, gak sampai bikin yang nonton annoying. Kamu masih tetap bakal meringis dan mengaduh melihat Iko bertarung dengan lawan-lawannya.



Review Besar (Contain spoiler)

She and her weapon wins me



Harusnya begini rasa sakit!

Salah satu hal yang saya kagumi dari seri The Raid adalah bagaimana rasa sakit digambarkan dengan natural. Beda dengan film-film luar yang rasanya 'meniadakan' rasa sakit sampai-sampai membuat saya mikir, kok jatuh dari ketinggian segitu gak sakit? Kok ditabrak mobil masih hidup? Dan kok, kok lainnya. Salah satu adegan yang paling membuat saya meringis adalah waktu Rama diserang sekelompok orang yang ternyata polisi. Mana mentalnya sedang turun dan dia banyak terlula. Ketika Rama mengguyur alkohol langsung ke lukanya, beuhhh ngeri tjoy. Sumpah begidik ngebayangin rasa sakitnya saya.

Orang Indo mah gitu, Sesakit-sakitnya, minum obat tetep dong satu biji

Mungkin ya, mungkin, bagi orang barat kalau pemeran utamanya menunjukkan rasa sakit dia langsung jadi gak kece, hilang rasa protanya atau apa. Tapi bagi saya sih dan mungkin memang daya magis film ini, raut wajah kesakitan yang ditunjukkan oleh orang-orang di dalamnya membuat kita juga jadi membayangkan rasa sakit itu dan mengaduh-aduh. Membuat saya berucap, gini loh rasa sakit! gini!

Adegan bertarung dalam mobil yang uedan asyiknya

Allahumajreha wa mursaha....

Tertahan budget mungkin membuat film aksi Indonesia jadi menahan diri untuk tidak menghancurkan properti. Ranah film negeri ini terbatas pada genre drama, romansa, HOROR dan komedi. Makanya saya tidak bisa apa-apa selain kagum berat dengan adegan kelahi di mobil-mobil yang dipiawai oleh Iko dan Oka. Trik bom-bom car, termbak-tembakkan dan hajar-hajaran di jok belakang mobil sambil memecahkan kaca dengan kepala orang itu dimasukkan semua ke sini, saya sih ngerasanya Gareth mau memuas-muaskan diri untuk menghabiskan duit (selagi banyak kucuran) di adegan ini. Kagetnya lagi, mereka juga memasukkan unsur fasilitas umum yang rusak hahaha!

RIP halte busway
Apa-apa yang janggal...

Ada beberapa scene yang aneh di film ini, ternotis tapi tidak membuat banyak perbedaan. Masih membuat film ini seru kokk. Saya kasihnya dari yang paling membuat saya bingung sampai yang biasa saja. Pertama, waktu adegan menyudahi perkelahian mobil.


Lah kok mobilnya tiba-tiba belok? Iya saya ngerti, maksudnya mungkin mau balik ngejar Rama yang loncat ke mobil Eka. Tapi masih gak liat ada truk gitu? Segitu teledornya kah sampai gak nyadar. Kedua. adegan piso di mobil.

Ai ken si pisonya copot dari gagang :D

Rasanya aneh sekali ketika Rama dikepun oleh pissau-pisau yang saling menodong ke arahnya di tempat yang sempit dan susah bergerak tapi dia tidak tertusuk sama sekali? Lha ganti aja orang-orang itu sama bocah sepuluh tahun juga pasti si Rama bakal ada kebacok dikit-dikit mah. Ketiga, adegan yang ini sih. Gak tau ya kalau kata kalian ini gak janggal, tapi pas saya liat adegan ini saya langsung mikir ini mah for the sake of gorenya.








Komentar

Postingan Populer